Minggu, Maret 29, 2009

Seruan FUI Menghadapi Pemilu 2009


Seruan FUI Menghadapi Pemilu 2009
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Berdasarkan Firman Allah SWT QS. Al An'am 57, An Nisa 65, Al Maidah 49-50, An Nisa 59, dan memperhatikan Fatwa MUI tentang Pemilu, FUI Menyerukan:

1. Umat Islam WAJIB memilih pemimpin/wakil rakyat yang BERJUANG MENJAGA AQIDAH dan MENEGAKKAN SYARIAH sebagai UNDANG-UNDANG NEGARA.

2. Umat Islam HARAM memilih pemimpin/wakil rakyat yang MENODAI AQIDAH ISLAM dan MENOLAK SYARIAH sebagai UNDANG-UNDANG NEGARA.

3. Parpol Islam dan Berbasis Massa Islam serta Para Caleg Muslim yang pro Syariah agar mengkampanyekan :

a. Program penjagaan aqidah umat Islam, mendesak pemerintah dengan UU PNPS No.1/1965 untuk membubarkan Ahmadiyah dan berbagai aliran sesat yang mengaku islam serta berbagai kelompok yang punya tujuan merusak aqidah Islam semacam JIL dan AKKBB.

b. Program Legislasi syari'at Islam agar hukum-hukum syariat tentang ekonomi, sosial, pendidikan, politik dalam dan luar negeri, hukum pidana, dan hankam bisa diperjuangkan menjadi Undang-undang.

c. Program Amandemen UU yang tidak sesuai syari'at Islam dan tidak berpihak kepada kemaslahatan publik seperti UU Sumber Daya Air No. 7/2004 yang membuat para Konglomerat Asing menguasai sumber-sumber air umat, UU tentang Migas, dan Lain-lain.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd!

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 8 Rabiul Awwal 1430/16 Maret 2009
Forum Umat Islam

Muhammad Al Khaththath Sekretaris Jenderal

Selasa, Maret 10, 2009

KH Kholil Ridwan : Rekonstruksi Konsep Partai Islam

Dalam Al Quran, Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada al khair (Islam), menyuruh pada perkara ma’ruf dan mencegah dari perkara munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104).

Ayat ini menunjukkan pada 3 perkara. Pertama, sesungguhnya Allah SWT mewajibkan seluruh kaum muslimin untuk menegakkan sekelompok umat. Imam Ath Thabary memaknai kata ‘ummatun’ dalam ayat itu sebagai ‘jama’atun’ yang bermakna kelompok (Tafsir Ath Thabary, juz 4, hal. 38). Tugas kelompok ini adalah menyeru kepada Islam serta melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar (Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, juz 4, hal. 27). Artinya, kelompok tersebut melakukan dakwah Islam baik dalam segi pemikiran maupun perbuatan.

Pernyataan ‘Hendaklah ada diantara kalian sekelompok umat (minkum ummatun)’ merupakan perintah dari Allah SWT untuk mendirikan jama’ah minal muslimin, yaitu jama’ah/kelompok dari sebagian kalangan kaum muslimin yang terorganisir rapi serta memiliki karakter benar-benar sebagai suatu jama’ah. Inilah makna ‘minkum’ dalam ayat tersebut. Imam Jalaluddin Muhammad dan Imam Jalaluddin Abdur Rahman menyebutkan dalam tafsirnya bahwa min dalam ayat ini adalah untuk sebagian (lit tab’idh). Sebab, menurutnya, perintah dalam ayat ini adalah fardlu kifayah yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang seperti orang yang kurang pengetahuannya (Tafsir Jalalain, juz 1, hal. 57).

Perkara kedua, jamaah yang dimaksudkan tadi adalah partai politik, yang tugasnya: menyerukan al khair dan amar ma’ruf nahi munkar. Imam Ibnu Katsir memaknai menyeru kepada al khair sebagai mengikuti Al Quran dan As Sunnah (Imam Ibnu Katsir, Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, juz 1, hal. 478). Sementara, Imam Jalaluddin mengartikan al khair dalam ayat tersebut dengan al Islam (Tafsir Jalalain, juz 1, hal. 57).
Dengan demikian, menyeru kepada al khair artinya menyeru atau mendakwahkan Islam secara keseluruhan. Sementara itu, memerintahkan perkara ma’ruf berarti memerintahkan segala perkara yang sesuai dengan Islam dan mencegah yang munkar berarti mencegah segala perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Jadi, Allah SWT dalam ayat tersebut mewajibkan kaum muslimin untuk memiliki kelompok-kelompok yang mengajak orang untuk menerapkan Islam secara keseluruhan dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan kata lain, ayat itu memerintahkan adanya kelompok yang mengemban dakwah Islam dan melanjutkan kehidupan Islam, yakni memerangi hukum kufur beserta kekuasaannya dan mewujudkan hukum Islam beserta kekuasaannya.

Kelompok atau partai politik Islam dimaksud, karakternya adalah: (1) bermisi melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariat secara kafah dalam kehidupan, (2) menetapkan tujuan secara fokus, merinci strategi (thariqah) untuk mencapainya, mengadopsi hukum-hukum syara, pendapat dan pemikiran yang menjelaskan tentang institusi negara, strukturnya, sistem yang akan diberlakukannya (sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial), dan hubungan antar bangsa dan negara.
Tugas partai politik dalam Islam adalah:
1. Membangun partai kader yang berkualitas, Islami dalam pola pikir maupun perilakunya.
2. Sosialisasi terus-menerus untuk menyiapkan umat agar turut serta membangun kehidupan Islam, sehingga nyambung dengan tujuan partai.
3. Melakukan pertarungan pemikiran (shira’ul fikriy). Membeberkan dan menentang kebobrokan pemikiran yang eksis sembari mengemukakan bagaimana konsep Islam.
4. Melakukan perjuangan politik (kifah siyasiy). Meraih kekuasaan dengan pendekatan pencerahan tanpa kekerasan, untuk menumbangkan institusi dan hukum kufur lalu mengubah dan menggantinya dengan hukum-hukum Islam.

Formulasi Strategi
Melalui analisis SWOT Partai Islam, direkomendasikan formulasi strategi partai mulai strategi induk hingga rancangan aplikasi program, sebagai berikut :

1. Visi: Menjadi Partai politik Islam yang amanah, profesional dan terpercaya.

2. Misi: Mempersiapkan kondisi masyarakat agar kondusif bagi kelanjutan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.

3. Strategi Fungsional Utama: (1) Meningkatkan jumlah anggota; (2) Meningkatkan ragam anggota; (3) Meningkatkan kepuasan anggota; (4) Meningkatkan relasi dan pendukung; (5) Meningkatkan citra organisasi.

4. Strategi Fungsional Pendukung Operasi: (1) Meningkatkan kualitas SDM anggota; (2) Meningkatkan kehandalan data base partai; (4) Meningkatkan tertib administrasi & keuangan; (5) Meningkatkan kemampuan self assesment untuk kepentingan evaluasi & rekayasa ulang organisasi; (6) Meningkatkan citra organisasi.

Implementasi Program
1. Memahami ragam mad'u (obyek dakwah). Dakwah komunitas akan berhadapan dengan mad'u yang beragam, baik dari segi tingkat pemahaman keislaman maupun umur.
2. Memahami tujuan dakwah untuk tiap mad'u. Dakwah kepada mad'u umum lebih berbentuk sebagai syiar Islam, dengan tujuan untuk menciptakan mahabah (kecintaan) kepada Islam, sehingga mereka sedia menjadi musaa'idun (pendukung) dakwah Islam. Dakwah kepada mad'u khusus bertujuan untuk menciptakan kader-kader pengemban dakwah (hamalatud dakwah) yang teguh dalam pendirian, kuat aqidahnya, tinggi ilmu Islamnya dan mulia akh¬laqnya, serta giat dalam perjuangan Islam.
3. Model Aktivitas. Dakwah kepada mad'u umum dilakukan secara terbuka, dengan sajian kegiatan yang menar¬ik, ditata dengan apik, bertema aktual atau kontekstual tanpa meninggalkan kebenaran pesan, yang dibawakan oleh asatidz yang terkemuka, baik dari segi dien atau profesinya. Sementara dakwah kepada mad'u khusus, lebih praktis. Kegiatannya lebih spesifik mengarah ke pendalaman, bersifat lebih tertutup dengan peserta terbatas, yang dibawakan oleh asatidz yang tangguh ilmu dan kepribadiannya.
4. Prioritas. Dalam rangka dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam, dakwah harus menghasilkan kader.
5. Strategi dan taktik. Meliputi empat hal, yakni: pertama, untuk intern partai; kedua, dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh masyarakat; ketiga, dalam hubungannya dengan elemen dakwah lain (termasuk pengurus masjid); keempat, dalam hubungannya dengan masyarakat umum. (mj/www.suara-islam.com)

MS Ka'ban: Partai Islam Bisa Menang Pemilu

Banyaknya partai politik peserta pemilu 2009 yang mencapai 38 partai, menyebabkan kompetisi diantara mereka semakin ketat. Apalagi pemilu legislatif tinggal sebulan lagi, sehingga berbagai manufer politik semakin diperlihatkan para petinggi parpol.

Pasca pemilu 2009, partai besar sama mengalami perpecahan dimana Partai Golkar pecah menjadi Partai Hanura dan Partai Gerinda, PDI Perjuangan pecah menjadi Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), PKB pecah menjadi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), sementara Partai Matahari Bangsa (PMB) lahir setelah para tokohnya mengalami keretakan dengan PAN.

Sekarang dalam menghadapi pemilu 2009, partai induk dan pecahannya saling berlomba untuk meraih simpati rakyat guna memperoleh suara sebanyak-banyaknya. Berbagai dana, tenaga dan fikiran dikerahkan untuk mendapat kursi sebanyak-banyaknya. Sebanyak 560 kursi DPR RI diperebutkan hampir 12.000 caleg dari seluruh partai peserta pemilu.

Setelah lahirnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan nomor urut dan mengesahkan suara terbanyak, kini giliran kompetisi terjadi diantara internal partai. Padahal sebelumnya kompetisi hanya terjadi antar partai, tetapi sekarang justru diantara caleg satu partai saling berlomba untuk mengalahkan temannya dengan memperoleh suara sebanyak-banyaknya dari para konstituen.

Keputusan MK tersebut menyebabkan terjadinya “saling bunuh” diantara para caleg satu partai. Sebab siapa yang memperoleh suara lebih banyak dari caleg satu partainya, maka dialah yang berhak mendapatkan kursi legislatif. Padahal bagi yang gagal mendapatkan kursi legislatif, sesungguhnya mereka telah “berinvestasi” namun tidak akan memetik hasilnya. Dengan demikian, mereka berusaha sekuat tenaga meski dengan memakai teori maxiavelli dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kursi legislatif yang menjanjikan keuntungan finansial berlipat-lipat. Maka tidaklah mengherankan jika ada caleg yang mengaku di media massa sudah menghabiskan dana lebih dari Rp 2 miliar meski sekarang kampanye terbuka belum dilakukan. Tidak dapat dibayangkan berapa dana lagi yang akan dihabiskannya jika mulai dilakukan kampanye terbuka pada Maret ini, sementara pemilu akan diselenggarakan pada 9 April nanti.

Sementara itu menjelang pemilu legislatif, suhu politik semakin memanas. Para tokoh politik saling bermanufer untuk melemahkan lawannya demi keuntungan partainya. Meski pilpres baru akan digelar setelah pemilu legislatif, sejumlah tokoh politik sudah saling unjuk gigi untuk menjadi capres dan cawapres, meski kans untuk itu semakin ketat dan berat serta sulit karena semakin banyaknya pesaing yang potensial.

Untuk mencapai maksud tersebut, mereka sama berencana menggalang koalisi antar partai dan akan dimatangkan setelah pemilu legislatif, Sebab setelah itu baru akan diketahui hasilnya, apakah prosentase perolehan suaranya naik, tetap ataukah turun jika dibandingkan dengan pemilu 2004 lalu. Padahal pada pemilu 2009 ini, sebanyak 171 juta dari 230 juta rakyat Indonesia berhak memilih, suatu jumlah yang hanya bisa diungguli oleh pemilu di India dan AS. Maka tidaklah mengherankan jika Indonesia mendapat pengakuan sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan AS.

Bagi yang prosentase suara partainya naik, tentu yang ingin mendekatinya semakin banyak dengan tujuan agar didukung pencalonannya sebagai capres dan cawapres. Namun biasanya parpol semacam ini sudah memiliki capres dan cawapres tersendiri. Sedangkan bagi yang tetap atau turun proesentase perolehan suaranya dari pemilu 2004, maka cukup menjadi pendukung capres dan cawapres partai lain tanpa memiliki capres dan cawapres dari kalangan internal partai. Pasalnya dalam pilpres, hanya partai atau gabungan partai yang memperoleh 20 persen kursi (112 kursi DPR) atau 25 persen total suara sah yang berhak mengajukan paket capres dan cawapres sendiri.

Memang baru PDI Perjuangan sebagai salah satu partai besar yang secara resmi telah memiliki capres yakni Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Sukarnoputri. Sementara partai besar seperti Partai Golkar dan partai menengah seperti PKB, PAN PPP dan PKS hingga sekarang belum secara resmi mengumumkan capresnya. Sementara partai baru yang telah mengumumkan capresnya hanyalah PMB dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sebagai capresnya. Sedangkan Hanura, Gerindra dan PKNU belum secara resmi mengumumkan capresnya.

Maka tidaklah mengherankan jika munculnya nama wapres Jusuf Kalla (JK) ke bursa capres semakin menarik perhatian. Pasalnya, meski sebagai Ketua Umum Partai Golkar, JK sudah cukup puas sebagai pendamping SBY sebagai cawapres. Namun setelah terjadinya insiden “Ahmad Mubarok”, maka para pendukung Partai Golkar tidak terima atas penghinaan dari salah seorang petinggi Partai Demokrat tersebut. Merasa sebagai partai besar, mereka bertekad mengusung JK sebagai capres untuk bersaing melawan SBY. Jika nantinya JK pecah kongsi dengan SBY dan secara resmi menjadi capres dari Partai Golkar, maka bursa capres akan semakin ketat, dimaka minimal akan terdapat tiga capres yakni SBY, JK dan Megawati. Tidak menutup kemungkinan pilpres akan diikuti oleh lima pasang capres-cawapres sebagaimana pilpres putaran pertama 2004 lalu. Jika itu sampai terjadi, maka akan terjadi pilpres putaran kedua yang menyedot uang rakyat lebih banyak lagi.

Sementara itu hingga saat ini bursa capres hanya diramaikan oleh capres dari partai nasionalis, sementara capres dari partai Islam atau partai berbasis massa Islam belum menjadi berita penting di media massa cetak maupun elektronik. Padahal kans untuk memenangkan pemilu legislatif dan pilpres dari partai Islam termasuk partai berbasis massa Islam cukup terbuka. Barangkali hal itu disebabkan karena belum digelarnya pemilu legislatif, sehingga belum diketahui hasilnya dengan pasti. Disamping itu partai Islam merasa kurang percaya diri untuk mencalokan tokohnya bersaing dengan capres dari partai nasionalis. Selain itu adanya pesanan dari sejumlah petinggi partai nasionalis kepada berbagai lembaga survei untuk memenangkan partainya seolah-olah selalu unggul dalam setiap survei, menyebabkan partai Islam merasa inverior atau rendah diri karena beranggapan tidak mungkin memenangkan pertarungan memperebutkan kursi RI-1.

Jika nantinya ternyata terbentuk koalisi besar diantara partai Islam pasca pemilu legislatif dan partai Islam berhasil memenangkan pilpres, maka itu menjadi sejarah penting bagi perkembangan partai Islam di Indonesia, Sebab baru kali ini dalam sejarah sejak pemilu pertama kali digelar tahun 1955, partai Islam berhasil menguasai pemerintahan dan parlemen. Padahal waktu itu perolehan gabungan suara Partai Islam Masyumi dan NU melebihi perolehan suara Partai Nasionalis PNI dan PKI, namun pemerintahan dan parlemen tetap dikuasai kekuatan nasionalis, sementara kekuatan politik Islam menjadi oposisi. Puncaknya perseteruan kedua kekuatan besar tersebut dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan disusul dengan pembubaran Partai Masyumi (1960) dengan tuduhan para tokohnya terlibat pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat.

Berikut ini wawancara Suara Islam dengan Menteri Kehutanan dan Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB), MS Ka’ban, seputar peluang partai Islam untuk memenangkan pemilu legislatif dan pilpres 2009.

Bagaimana menurut anda peluang partai Islam untuk memenangkan pemilu legislatif 2009 ?

Saya haqqul yaqin pada pemilu legislatif, perolehan suara partai Islam akan melebihi partai nasionalis dengan 50 persen lebih. Jika itu sampai terjadi, maka baru pertama kali terjadi sejak pemilu pertama tahun 1955. Memang selama ini terutama ketika masa Orde Baru, perolehan suara partai Islam selalu tidak lebih dari 20 persen. Baru dalam dua kali pemilu era reformasi, gabungan suara partai Islam termasuk partai berbasis massa Islam bisa lebih dari 40 persen, namun masih kurang dari partai nasionalis. Namun dalam pemilu nanti, suaranya akan naik secara signifikan hingga lebih dari 50 persen.

Mengapa selama ini perolahan suara partai Islam selalu lebih kecil daripada partai nasionalis ?

Hal itu disebabkan tidak adanya persatuan diantara para pemimpin partai Islam termasuk partai berbasis massa Islam. Padahal dari 38 partai peserta pemilu, partai Islam dan berbasis massa Islam hanya 8 partai selebihnya partai nasionalis. Logikanya, mereka akan lebih mudah dipersatukan dalam sebuah koalisi besar daripada partai nasionalis. Namun kenyataannya hingga sebulan menjelang pemilu legislatif, partai Islam masih sulit untuk dipersatukan dalam sebuah koalisi besar.

Selain itu para pemimpin partai Islam tidak ada yang mau mengalah untuk menunjuk rekannya menjadi pemimpin koalisi besar partai Islam. Mereka semuanya ingin tampil untuk menjadi pemimpin, bahkan kalau dapat dengan saling menjatuhkan saudaranya sendiri sesama pemimpin partai Islam. Mereka sedang menderita sindrom “kegenitan”, seolah-olah paling hebat dan paling pantas untuk menjadi pemimpin daripada lainnya.

Mungkinkah terjadi koalisi besar partai Islam pasca pemilu legislatif ?

Mungkin saja terjadi meski butuh perjuangan berat. Jika sampai terjadi, maka suara koalisi besar partai Islam akan melebihi suara partai nasionalis. Tetapi dengan kondisi perpecahan diantara partai Islam sekarang, rasanya cukup berat koalisi besar itu diwujudkan.

Kalau partai Islam sedang mengalami perpecahan, apakah partai nasionalis juga mengalami perpecahan ?

Partai nasionalis tidak terlepas dari perpecahan bahkan lebih parah, tidak hanya antar partai nasionalis bahkan di internal partai sendiri. Seperti Partai Golkar saat ini terdapat 4 faksi yakni Faksi Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Surya Paloh dan Agung Laksono. Faksi Surya Paloh paling getol mengkampanyekan koalisi dengan PDIP. Jika itu sampai terjadi dan mereka memimpin pemerintahan, saya tidak dapat membayangkan bagaimana nasib negara ini ke depannya. Pasalnya, kedua partai pernah berpengalaman memimpin pemerintahan dan tidak menjadikan negara lebih baik malah semakin terpuruk. Saya ibaratkan, mengatasi satu Jin Ifrit saja sulitnya luar biasa, apalagi jika ada dua Jin Ifrit.

Apakah pemilu 2009 ini akan menjadi momentum bagi partai Islam untuk memimpin negara ?

Meski saya haqqul yaqin partai Islam akan memenangkan pemilu 2009, tetapi untuk saat ini belum waktunya para pemimpin partai Islam untuk memimpin negara. Para pemimpin partai Islam yang mayoritas masih muda, barangkali mereka baru akan tampil memimpin negara pasca 2014 nanti, dimana generasi tua seperti SBY, Megawati dan JK mulai lengser dari kepemimpinan nasional. Saat itulah para pemimpin partai Islam yang mayorits masih muda harus tampil untuk memimpin negara menuju baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, negara adil makmur sejahtera dibawah lindungan Allah Swt.

Menurut anda, kira-kira siapa tokoh masa depan dari kalangan partai Islam yang pantas memimpin negara ini ?

Saya kira Yusril Ihza Mahendra cukup pantas untuk memimpin negara karena pengalaman politik dan kenegarawannya. Padahal pasca menjabat Mensesneg, Yusril pernah ditawari SBY untuk menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), namun menolaknya. Saya sendiri tidak mengetahui mengapa dia menolak tawaran SBY tersebut. Seandainya diterima, Yusril akan semakin mudah untuk menjadi pemimpin bangsa tahun 2014 nanti. Selain itu Ketua MPR Hidayat Nurwahid juga pantas untuk memimpin negara. Adapun sekarang Hidayat terlihat lebih menonjol daripada Yusril karena memiliki jabatan sebagai Ketua MPR, sedangkan Yusril sudah tidak lagi memegang jabatan. Seandainya Yusril masih memegang jabatan di pemerintahan, maka Yusril akan lebih menonjol daripada Hidayat.

Menurut anda, sebaiknya JK mencalonkan diri menjadi capres ataukah tetap mendampingi SBY sebagai cawapres ?

Saya yakin sebenarnya JK tidak ingin maju sebagai capres dan tetap menjadi pendamping SBY sebagai cawapres. Namun karena JK termakan provokasi dari tokoh Partai Golkar lainnya pasca insiden “Ahmad Mubarok”, maka JK terbawa emosinya dan berubah fikiran ingin maju sebagai capres untuk bersaing dengan SBY. Padahal kans pasangan SBY-JK paling besar untuk memenangkan pilpres 2009 daripada pasangan capres dan cawapres lainnya.

Secara politik bisa jadi para lawan SBY berusaha sekuat tenaga memecah persatuan SBY-JK agar keduanya saling berhadapan dalam pilpres. Sebab kalau keduanya masih bersatu, maka sangatlah sulit untuk mengalahkannya. Maka satu-satunya jalan adalah memprovokasi JK agar pecah kongsi dengan SBY, sehingga peluangnya untuk mengalahkan SBY dalam pilpres semakin besar jika ditinggalkan JK. Namun semuanya ini terserah pada JK, apakah akan maju sebagai cawapres ataukah tetap bergabung dengan SBY sebagai cawapres yang memiliki kans kuat untuk memenangkan pilpres 2009. Saya kira jika JK nekat maju sebagai capres, maka peluangnya untuk memenangkan pilpres sangatlah kecil, siapapun cawapresnya. Saya menyarankan agar JK sholat istikharoh terlebih dahulu sebelum memutuskan maju sebagai capres dari Partai Golkar. (mj/www.suara-islam.com)

Jumat, Maret 06, 2009

KH M. Al Khaththath : MENELADANI RASULULLAH SAW

Thursday, 05 March 2009

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awwal. Bulan dimana kaum muslmin umumnya memperingatinya dengan meriah. Tentu saja yang paling penting dari acara-acara tersebut adalah bagaimana kita mendapatkan pelajaran berharga dari Beliau Saw yang merupakan panutan kita.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab [33]: 21)

Rasulullah saw merupakan orang yang paling memahami arti hidup dan kehidupan ini dengan sebenar-benarnya. Beliau adalah orang yang paling tahu bahwa ad dunya mazra’atul aakhirah: dunia adalah ladang untuk (memanen buah di) akhirat.

Beliaulah yang disuruh Allah merengkuh sebesar-besar karunia Allah di negeri akhirat tanpa melupakan kenikmatan dunia (Lihat QS. Al Qashash [28]: 77). Tatkala Abu Dzar melihat beliau tidur di atas tikar kasar hingga mencap kulit beliau dan mengatakan: Kenapakah engkau begitu wahai Rasul? Bukankah dunia di bawah kekuasaanmu? Beliau bersabda: Apa artinya dunia bagiku. Aku dan dunia itu tak lain bagaikan penunggang kuda yang berhenti di bawah pohon, beristirahat, lalu berangkat meninggalkannya.

Tatkala Aisyah menyampaikan bahwa domba Rasulullah Saw yang dipotong telah habis dibagikan kecuali tinggal tulang belikatnya. Beliau justru mengatakan:“Semua masih tetap tersisa (menjadi pahala di akhirat) kecuali tulang belikatnya”.

Beliau Saw adalah orang yang telah meraih kekuasaan dunia dengan hak dan secara riil kekuasaan yang beliau miliki sungguh sangat besar. Beliau Saw adalah kepala negara dari satu komunitas masyarakat baru, masyarakat Islam, yang telah bangkit dan muncul dari suatu masyarakat jahiliyyah di Jazirah Arab yang sekarang merupakan luasan wilayah yang dihuni oleh banyak negara, yakni Arab Saudi, Yaman, Qatar, Oman, Bahrain dan Uni Emirat Arab.

Bahkan beliau menjadi pemimpin dan penguasa yang siap tampil untuk menebarkan keadilan dan kesejahteraan ke seluruh dunia, rahmatan lil ‘alamin. Masyarakat yang dinamis dan enerjik dengan mabda (ideologi) yang di milikinya dan syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam) yang unggulan, yang merupakan produk terbaik dari umat manusia, khairu ummah. Beliau adalah pelopor revolusi perbaikan kemanusiaan.

Sekalipun demikian beliau adalah pelopor hamba Allah yang senantiasa bersusah payah berjuang menggapai akhirat. Beliau adalah orang yang paling tahan berdiri berjam-jam untuk ruku’ dan sujud kepada Allah SWT manakala shalat malam. Pantaslah kalau untuk shalat saja kaki beliau sampai bengkak-bengkak.

Rasulullah saw. selalu membagi harta buat fakir miskin, menyantuni para janda dan anak yatim yang bapaknya gugur dalam jihad fi sabilillah. Pernah suatu kali beliau selelesai mengucap salam dalam shalat langsung berdiri keluar dari jama’ah kaum muslimin yang habis menunaikan shalat, Beliau langsung pergi membagikan harta baitul mal yang tersisa kepada yang berhak pada malam itu juga.

Beliau hidup sederhana dan para istrinya pun harus rela hidup sederhana sebagai istri seorang Rasul, kepala negara, pemimpin besar. Namun bukan berarti beliau menolak rizki yang halal. Beliau juga siap menikmati bagian kambing yang diperoleh 30 sahabat yang telah mengobati seorang kepala suku dengan membacakan Al Fatihah. Beliau juga menerima hadiah-hadiah yang diberikan para raja atau kepala suku kepada beliau. Beliau pun menggunakan baju purdah merah ketika menghadiri sholat hari raya.

Rasulullah Saw adalah orang yang sangat ramah kepada sesama muslim. Beliau bersabda:“Senyum anda di depan saudara anda (seiman) adalah shadaqah”. Apabila marah, beliau hanya memalingkan muka tidak mau melihat orang yang dimarahinya. Beliau tidak bersikap kasar kepada sesama kaum muslimin. Beliau faham betul petunjuk Allah kepadanya sebagai Rasul sekaligus pemimpin, kepala negara, sebagaimana firman-Nya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekira¬nya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling¬mu”. (QS. Ali Imran [03]: 159).

Namun beliau bersikap keras dan tegas terhadap segala bentuk kekafiran yang disodorkan orang-orang kafir.

Beliau Saw adalah kepala negara yang juga panglima perang. Dalam sejarah pemerintahan Beliau Saw selama kurang lebih 10 tahun, dan negara yang baru dibangun dan dibina itu selalu menghadapi bahaya ancaman dari musuh-musuh Islam yang selalu ingin mengembalikan kaum muslim kepada kekufuran, kemusyrikan, dan kejahiliyahan.

Beliau sendiri secara langsung memimpin beberapa peperangan yang dialami kaum muslimin dan mengutus pasukan untuk berjuang dan berpatroli. Jadi kehidupan beliau tidak lain adalah perjuangan menegakkan kalimat Allah dengan dakwah dan jihad fi sabilillah.

Rasulullah Saw adalah pembawa risalah Islam. Dari mulut dan tingkah laku beliaulah lewatnya wahyu yang diturunkan dari langit buat petunjuk hidup manusia. Beliaulah yang membacakan Al Qur’an, mensucikan kaum muslimin, dan mengajarkan hukum-hukum Islam kepada kaum muslimin.

Beliaulah sumber ajaran agama ini, baik Al Qur’an maupun As Sunnah. Selain sebagai pembawa risalah, beliau juga diutus menjadi penguasa yang menerapkan risalah itu dalam realitas kehidupan, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tak satu hukum Islam pun beliau sembunyikan dan tak satu hukum Islam pun yang tak beliau terapkan.

Beliau adalah penguasa yang cakap dalam memerintah, menunjuk para pejabat yang mahir dan tepat dalam tugasnya: the right man on the right place. Beliau tidak menunjuk orang yang salah. Bahkan tatkala Abu Dzar Al Ghifari minta suatu jabatan pemerintahan, beliau menolaknya dengan berkata:“Aku lihat anda seorang yang lemah sedangkan jabatan ini adalah amanah yang bisa menyebabkan kehinaan sesalan di akhirat kelak --jika tak dilaksanakan dengan baik”

Rasulullah Saw adalah kepala negara yang selalu menghormati perjanjian (‘ahdun/agreement). Sekalipun tampaknya perjanjian itu merugikan kaum muslimin, tetapi jika suatu perjanjian—yang dibolehkan oleh syara’—telah beliau tanda-tangani, maka beliau saw. konsisten dengan perjanjiannya. Oleh karena itu, tatkala Abu Jandal melarikan diri dari kota Makkah hijrah ke kota Madinah, padahal perjanjian Hudaibiyyah telah ditandatangani, maka beliau menyuruh Abu Jandal untuk kembali ke kota Makkah, tidak beliau terima berdiam di kota Madinah. Dengan sedih beliau saw. menyuruh kembali seorang muslim yang baru bebas dari kezhaliman orang-orang Quraisy.

Beliau Saw juga ahli dalam perdagangan. Setelah berhijrah ke Madinah beliau segera membangun masjid yang menjadi sentral bagi kegiatan kaum muslimin. Beliau saw. membuat perjanjian antara komunitas masyarakat kaum muslimin yang solid itu dengan komunitas lain yang ada di sekitarnya, yakni empat suku Yahudi yang memiliki sistem tersendiri.

Rasulullahpun kemudian mendirikan pasar bagi kaum muslimin di pintu masuk kota Madinah. Karena letaknya yang begitu strategis maka pasar itu segera ramai oleh kafilah-kafilah dagang dari berbagai negeri. Sampai kemudian kaum muslimin mampu menggusur peran ekonomi yang waktu itu di¬kendalikan orang-orang Yahudi.

Apa yang diungkapkan di sini mengenai kepribadian Rasulullah Saw hanyalah sebagian kecil dari lautan kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah Saw sebagai manusia terbaik. Tentu masih banyak lagi contoh-contoh karakter kepribadian Rasulullah Saw yang bisa kita ambil guna membangun kepribadian individu-individu umat yang tangguh. Baarakallahu lii walakum (MAK)