Rabu, Mei 20, 2009

KH. M. Al Khaththath : Dicari Pemimpin Ideal

Tanggal 11 Mei 2009 pendaftaran pasangan capres-cawapres baru dibuka. Meski belum mendaftar, Partai Golkar dan Hanura telah mantap mengumumkan pasangan JK-Wiranto. SBY menunda pengumumannya pada hari terakhir pendaftaran. Mega dan Prabowo belum jelas….
Beberapa hari menjelang hari pendaftaran dari Masjid Agung Banten saya mengirim sms kepada Ketua DPP-PKS/PPP/PKB/PAN/PBB/PMB/PKNU agar memanfaatkan pecahnya kutub SBY/JK/Mega untuk membentuk koalisi Islam (at tahalluf al Islami) atas dasar aqidah wal ukhuwwah untuk tetapkan CAPRES PRO SYARIAH untuk pilpres mendatang. Saya tekankan dalam sms tersebut agar mereka percaya kepada janji Allah kepada orang-orang mukmin yang mukhlis (QS. An Nuur 55) bahwa Dia SWT akan memberikan kekuasaan kepada mereka untuk mengokohkan dinullah. Saya juga sampaikan bahwa FUI siap bantu sukseskan hal itu…
Namun hingga tulisan ini dibuat tidak satupun partai Islam dan berbasis massa Islam tersebut meresponnya. Ternyata satu persatu mereka sudah merapat ke kubu SBY.

Siapa di antara para capres yang ada itu yang ideal? Apa ukurannya?

Tentu saja sebagai umat Islam, kita harus melihat perkara ini dengan perspektif Islam.

Rasulullah saw. Pernah bersabda kepada Abu Dzar : “Wahai Abu Dzar,. sesungguhnya anda adalah orang yang lemah dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanat dan sesungguhnya pada hari kiamat akan menjadi sesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang mengambil jabatan dengan hak dan melaksanakan yang menjadi kewajibannya dalam jabatannya” (HR. Muslim).

Dalam hadits di atas Rasulullah saw. tidak memberikan jabatan kepada Abu Dzar Al Gihfari r.a. dengan menyebut bahwa Abu Dzar adalah orang yang lemah. Oleh karena itu, salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan (qudrah) agar bisa mengemban segala tugas dan kewajiban yang ada dalam amanat jabatan tersebut.

Allah SWT memilih Thalut menjadi Raja Bani Israil dan memberinya kelebihan ilmu dan fisik, bukan kelebihan harta kekayaan. Dia SWT berfirman:

Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.".. (QS. Al Baqarah 247).

Jelas pemimpin harus memiliki tubuh yang sehat dan kuat, tidak pernah atau jarang sekali sakit. Sebab pemimpin yang sering sakit berarti akan sering udzur dari kewajibannya mengurus urusan rakyat. Padahal pemimpin itu kata Nabi laksana penggembala (ra’in) yang harus memelihara domba-domba gembalaannya (ra’iyyah). Jadi pemimpin itu tugas utamanya adalah memelihara kemaslahatan rakyat.

Ilmu yang luas, khususnya ilmu pengetahuan politik dalam arti pengetahuan tentang bagaimana mengurus kemaslahatan rakyat menurut petunjuk syariat Islam (as siyasah as syar’iyyah), juga menjadi keharusan bagi seorang pemimpin. Dengan wawasan ilmu yang luas pemimpin akan mengetahui jalan-jalan keluar bagi upaya menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam memelihara urusan rakyatnya. Termasuk dalam melindungi negara dan rakyat dari serangan bangsa asing dan kaum kafir imperialis.

Dengan penguasaan ilmu siyasah syar’iyyah yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul seorang pemimpin memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nasib umat. Khalifah Umar bin Khaththab adalah contoh figur pemimpin yang kuat dan dicintai Allah. Beliau sangat perhatian kepada nasib rakyat. Tiap malam beliau keliling untuk melihat keadaan rakyatnya. Suatu malam beliau melihat seorang ibu yang menanak batu untuk menghibur anaknya yang kelaparan. Maka beliau segera kembali ke baitul mal untuk mengambil sekarung gandum yang beliau panggul sendiri untuk diberikan kepada ibu itu. Ini menunjukkan perhatian dan kepekaan beliau sangat tinggi. Jangankan kepada manusia, terhadap keselamatan hewan saja beliau perhatian. Pernah suatu hari beliau berkata : ”Kalau sekiranya ada keledai yang tergelincir di Irak, saya khawatir Allah SWT akan menanyaiku di akhirat kelak.”.

Jadi presiden yang ideal bagi umat Islam adalah presiden yang memiliki iman yang kuat, yang siap menjalankan syariat Allah SWT dalam kehidupan pribadinya maupun dalam pemerintahannya, yang punya kemampuan fisik dan ilmu syariat yang luas, ketegasan di dalam memutuskan kebijakan berdasarkan halal dan haram yang telah diajarkan oleh baginda Rasulullah saw., serta kepekaan yang tinggi terhadap nasib rakyat.

Dengan kriteria-kriteria tersebut, insyaallah umat Islam akan memilih siapa presiden yang ideal buat mereka. Kalau tidak, belajar dari kasus pemilihan DPR dan DPD kemarin, umat ini memilih kepala negaranya dengan kebodohan tentang siapa sesungguhnya mereka. Memprihatinkan! Wallahua’lam!