Senin, Juli 27, 2009

Agenda FUI : UNDANGAN DISKUSI FKSK KE-49 DI JAKARTA

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Teriring salam dan do’a semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita dalam menjalankan tugas sehari-hari. Amin.

Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK), sebuah forum diskusi yang dibentuk atas kerjasama Hizb Dakwah Islam (HDI), Forum Umat Islam (FUI) dan Majelis Taklim Wisma Dharmala Sakti (WDS), yang didukung oleh Tabloid Suara Islam dan Khilafah Center, mengundang Bapak/Ibu/Sdr untuk menghadiri diskusi FKSK Ke-49 dengan tema “Bom Ritz-Marriott: Antara Pilpres dan Teroris”, yang insya Allah akan dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Rabu, 29 Juli 2009/ 7 Sya’ban 1430 H
Pukul : 14.00-16.00 WIB (Registrasi 13.30-14.00WIB)
Tempat : Gedung Intiland Tower (d.h Wisma Dharmala Sakti), Ruang Srikandi (lantai basement), Jl. Jenderal Sudirman No. 32 Jakarta Pusat
Pembicara :
1. Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Partai Gerindra)
2. Joserizal Jurnalis (Presidium MER-C)
3. KH. Muhammad Al Khaththtath (Sekjen FUI)

Host : H.M Luthfie Hakim

Besar harapan kami Bapak/Ibu/Sdr dapat memenuhi undangan ini. Atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima kasih. Jazakumullah khairan katsira.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh



Jakarta, 24 Juli 2009/2 Sya’ban 1430 H
Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK)


H. M. Luthfie Hakim, S.H., M.H
Direktur Eksekutif


Reservasi:
Shodiq Ramadhan, HP. 081 218 933 633

Buletin Ad Dakwah edisi 34: Berpikir Islami

Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi…. (QS. Ali Imran 190-191).

Kaum muslimin rahimakumullah,
Ayat tersebut dan ratusan ayat lainnya mendorong kita umat Islam untuk mensyukuri nikmat Allah yang besar kepada manusia, yakni kemampuan berfikir (quwwatut tafkiir). Berpikir adalah ciri yang membedakan manusia dari yang lain. Dan kualitas berfikir Islami yang tinggi akan dicapai manakala seorang muslim mengasah pemikirannya dengan menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berfikirnya, dan menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber pemikirannya, serta rajin mengamati realitas dunia sebagai obyek yang difikirkannya.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Sayangnya, kebanyakan kaum muslim hari ini telah kehilangan pola berpikir Is¬lami tersebut. Salah satu sebabnya, me¬reka teracuni pemikiran barat. Akibatnya, mereka melupakan pe¬mikiran yang tinggi - yang bersumber pada wahyu Ilahi - dan malah gan¬drung kepada pemikiran rendah berdasar filsafat dan praduga semata. Bahkan umat Islam kini tidak merasa bahwa mereka telah kehilangan jati diri sebagai umat yang satu. Mereka tidak merasa diri mereka terpecah-belah oleh ulah kaum kapitalis penjajah yang mengerat-ngerat wilayah dunia Islam pasca parng dunia pertama menjadi negara-negara dan bangsa-bangsa yang terpisah satu sama lain. Sehingga masing-masing merasa asing satu sama lain. Padahal setiap tahun mereka ketemu pada musim haji. Namun toh tetap mereka tidak merasa satu tubuh sekalipun masing-masing pernah membaca atau mendengar hadits Nabi saw. bahwa umat Islam itu laksana satu tubuh. Seolah-olah Al Quran dan hadits Nabi saw. tidak mengikat pikiran dan perasaan mereka untuk soal-soal kebangsaan dan kenegaraan.
Akibatnya, umumnya umat Islam cuek dengan ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Mereka hidup tanpa bimbingan risalah, kecuali hanya untuk hal-hal yang sifatnya ritual, seperti sholat, puasa, haji, urusan perkawinan, dan kematian. Sedikit saja yang punya perhatian lebih kepada syariat islam seperti soal jilbab, menghindari riba, melaksanakan muamalat Islam, perlunya pemerintahan Islam, jihad fi sabilillah, dll. Sehingga tatkala memilih pemimpin, umat ini tidak lagi mendengar rambu-rambu yang dikeluarkan para ulama, mereka malah menganggap itu bukan wilayah para ulama, itu wilayah para politisi, bahkan dengan pilpres langsung umat merasa mereka punya hak sendiri untuk menentukan pilihannya. Mereka meninggalkan para ulama dan mengikuti kecenderungan mereka sendiri yang sadar atau tidak telah didikte oleh para ahli komunikasi dan periklanan, Dalam sistem demokrasi, siapa yang punya uang banyak, dia bisa membeli kedaulatan!

Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam masalah bom yang meledak di hotel JW Marriot di Jakarta misalnya, umat ini yang sudah kehilangan cara dan tradisi berfikir Islaminya mudah begitu saja dibawa oleh opini yang dikembangkan. Seperti yang sudah-sudah, maka langsung umat Islam disudutkan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengeboman tersebut. Padahal umat Islam hari ini sama sekali tidak tahu menahu tentang bom. Lalu dibuatlah tuduhan bahwa yang melakukan adalah kelompok Jamaah Islamiyyah, padahal yang namanya Jamaah Islamiyyah itu tidak pernah diketahui wujudnya di Indonesia. Siapa pendirinya, di mana kantornya, terdaftar di mana? Itu semua tidak ada. Tapi adanya disebutkan dengan indikasi saja bahwa ada bom meledak! Selain bom meledak tidak ada bekas-bekas amal “Jamaah Islamiyyah”. Bahkan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang dituduh dan dihukum pengadilan karena tuduhan sebagai Amir Jamaah Islamiyyah terbukti tidak benar dan beliau pun dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Demikian juga tokoh yang disebut-sebut dibalik teror bom, yakni Noordin M Top, adalah tokoh yang misterius, seorang warga Malaysia, yang tidak pernah kita ketahui siapa dia, sekolah dimana, siapa keluarganya, dan bagaimana masa lalunya, tak pernah dibuka. Sehingga benar-benar misterius. Sehingga, kalau bom yang baru meledak kedua kalinya di hotel Marriot tersebut dihubungkan dengan Noordin M Top, maka hasilnya seperti yang lalu-lalu, yakni tidak jelas, dan hanya menyisakan suatu prasangka buruk kepada Islam dan umat Islam. Ini aromanya seperti kasus “Komando Jihad” di zaman Orde Baru yang direkayasa oleh badan intelijen waktu itu. Dan rekayasa makar kepada Islam dan umat Islam itu memang tak henti-hentinya. “Komando Jihad”, “Jamaah Islamiyyah”, dan termasuk dalam hal ini adalah menculnya aliran sesat yang menamakan diri “Al Qiyadah al Islamiyyah” beberapa waktu lalu, adalah bentuk-bentuk makar.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Selayaknya umat Islam kembali kepada Allah dan Rasul-NYa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Terhadap makar dan tipu daya kepada Islam dan umat Islam Allah SWT berfirman:
Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. Al Anfal 30).

Oleh karena itu, jika umat Islam ingin terbebas dari segala makar dan tipu daya musuh-musuhnya, mereka harus menyatukan diri mereka dengan Islam. Mereka harus menjadikan ajaran Islam menjadi pengetahuan dan petunjuk hidupnya. Mereka harus menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam menilai segala peristiwa yang ada. Dengan demikian umat Islam dapat mandiri dalam bersikap dan akan mampu menyingkap segala makar dan tipu daya kepada mereka, siapapun pelakunya. Sebab segala masalah telah ada jawabannya dalam risalah Islam. Hanya umat ini wajib bersungguh-sungguh mencari tahu darinya. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami turunkan kepada (Rasulullah) Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan agar supaya mereka berpikir". (QS An-Nahl : 44).

Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengambil apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Firman Allah SWT:
Dan apa-apa yang didatangkan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS Al Hasyr : 7).

Kaum muslimin rahimakumullah,
Cara berfikir yang Islam ini telah dicontohkan oleh Al Imam As Syafi’I rahimahullah. Ketika ditanya hukum membunuh lebah di waktu ihram, beliau menjawab dengan tiga tahap. Pertama beliau membacakan firman Allah dalam Al Hasyr tersebut. Kedua, beliau membaca riwayat nabi yang memerintahkan agar umat Islam mengikuti Abu Bakar dan Umar. Ketiga, beliau menjawab dengan suatu riwayat yang menyebut bahwa Umar memerintahkan membunuh lebah. Dengan demikian, keluasan ilmu Islam Imam Syafi’I membuatnya mampu menjawab permasalahan secara Islami. Jika umat Islam hari ini mampu berfikir seperti beliau, insyaallah semua masalah akan bisa diselesaikan.
Baarakallahu lii walakum.