Jumat, Maret 06, 2009

KH M. Al Khaththath : MENELADANI RASULULLAH SAW

Thursday, 05 March 2009

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awwal. Bulan dimana kaum muslmin umumnya memperingatinya dengan meriah. Tentu saja yang paling penting dari acara-acara tersebut adalah bagaimana kita mendapatkan pelajaran berharga dari Beliau Saw yang merupakan panutan kita.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab [33]: 21)

Rasulullah saw merupakan orang yang paling memahami arti hidup dan kehidupan ini dengan sebenar-benarnya. Beliau adalah orang yang paling tahu bahwa ad dunya mazra’atul aakhirah: dunia adalah ladang untuk (memanen buah di) akhirat.

Beliaulah yang disuruh Allah merengkuh sebesar-besar karunia Allah di negeri akhirat tanpa melupakan kenikmatan dunia (Lihat QS. Al Qashash [28]: 77). Tatkala Abu Dzar melihat beliau tidur di atas tikar kasar hingga mencap kulit beliau dan mengatakan: Kenapakah engkau begitu wahai Rasul? Bukankah dunia di bawah kekuasaanmu? Beliau bersabda: Apa artinya dunia bagiku. Aku dan dunia itu tak lain bagaikan penunggang kuda yang berhenti di bawah pohon, beristirahat, lalu berangkat meninggalkannya.

Tatkala Aisyah menyampaikan bahwa domba Rasulullah Saw yang dipotong telah habis dibagikan kecuali tinggal tulang belikatnya. Beliau justru mengatakan:“Semua masih tetap tersisa (menjadi pahala di akhirat) kecuali tulang belikatnya”.

Beliau Saw adalah orang yang telah meraih kekuasaan dunia dengan hak dan secara riil kekuasaan yang beliau miliki sungguh sangat besar. Beliau Saw adalah kepala negara dari satu komunitas masyarakat baru, masyarakat Islam, yang telah bangkit dan muncul dari suatu masyarakat jahiliyyah di Jazirah Arab yang sekarang merupakan luasan wilayah yang dihuni oleh banyak negara, yakni Arab Saudi, Yaman, Qatar, Oman, Bahrain dan Uni Emirat Arab.

Bahkan beliau menjadi pemimpin dan penguasa yang siap tampil untuk menebarkan keadilan dan kesejahteraan ke seluruh dunia, rahmatan lil ‘alamin. Masyarakat yang dinamis dan enerjik dengan mabda (ideologi) yang di milikinya dan syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam) yang unggulan, yang merupakan produk terbaik dari umat manusia, khairu ummah. Beliau adalah pelopor revolusi perbaikan kemanusiaan.

Sekalipun demikian beliau adalah pelopor hamba Allah yang senantiasa bersusah payah berjuang menggapai akhirat. Beliau adalah orang yang paling tahan berdiri berjam-jam untuk ruku’ dan sujud kepada Allah SWT manakala shalat malam. Pantaslah kalau untuk shalat saja kaki beliau sampai bengkak-bengkak.

Rasulullah saw. selalu membagi harta buat fakir miskin, menyantuni para janda dan anak yatim yang bapaknya gugur dalam jihad fi sabilillah. Pernah suatu kali beliau selelesai mengucap salam dalam shalat langsung berdiri keluar dari jama’ah kaum muslimin yang habis menunaikan shalat, Beliau langsung pergi membagikan harta baitul mal yang tersisa kepada yang berhak pada malam itu juga.

Beliau hidup sederhana dan para istrinya pun harus rela hidup sederhana sebagai istri seorang Rasul, kepala negara, pemimpin besar. Namun bukan berarti beliau menolak rizki yang halal. Beliau juga siap menikmati bagian kambing yang diperoleh 30 sahabat yang telah mengobati seorang kepala suku dengan membacakan Al Fatihah. Beliau juga menerima hadiah-hadiah yang diberikan para raja atau kepala suku kepada beliau. Beliau pun menggunakan baju purdah merah ketika menghadiri sholat hari raya.

Rasulullah Saw adalah orang yang sangat ramah kepada sesama muslim. Beliau bersabda:“Senyum anda di depan saudara anda (seiman) adalah shadaqah”. Apabila marah, beliau hanya memalingkan muka tidak mau melihat orang yang dimarahinya. Beliau tidak bersikap kasar kepada sesama kaum muslimin. Beliau faham betul petunjuk Allah kepadanya sebagai Rasul sekaligus pemimpin, kepala negara, sebagaimana firman-Nya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekira¬nya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling¬mu”. (QS. Ali Imran [03]: 159).

Namun beliau bersikap keras dan tegas terhadap segala bentuk kekafiran yang disodorkan orang-orang kafir.

Beliau Saw adalah kepala negara yang juga panglima perang. Dalam sejarah pemerintahan Beliau Saw selama kurang lebih 10 tahun, dan negara yang baru dibangun dan dibina itu selalu menghadapi bahaya ancaman dari musuh-musuh Islam yang selalu ingin mengembalikan kaum muslim kepada kekufuran, kemusyrikan, dan kejahiliyahan.

Beliau sendiri secara langsung memimpin beberapa peperangan yang dialami kaum muslimin dan mengutus pasukan untuk berjuang dan berpatroli. Jadi kehidupan beliau tidak lain adalah perjuangan menegakkan kalimat Allah dengan dakwah dan jihad fi sabilillah.

Rasulullah Saw adalah pembawa risalah Islam. Dari mulut dan tingkah laku beliaulah lewatnya wahyu yang diturunkan dari langit buat petunjuk hidup manusia. Beliaulah yang membacakan Al Qur’an, mensucikan kaum muslimin, dan mengajarkan hukum-hukum Islam kepada kaum muslimin.

Beliaulah sumber ajaran agama ini, baik Al Qur’an maupun As Sunnah. Selain sebagai pembawa risalah, beliau juga diutus menjadi penguasa yang menerapkan risalah itu dalam realitas kehidupan, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tak satu hukum Islam pun beliau sembunyikan dan tak satu hukum Islam pun yang tak beliau terapkan.

Beliau adalah penguasa yang cakap dalam memerintah, menunjuk para pejabat yang mahir dan tepat dalam tugasnya: the right man on the right place. Beliau tidak menunjuk orang yang salah. Bahkan tatkala Abu Dzar Al Ghifari minta suatu jabatan pemerintahan, beliau menolaknya dengan berkata:“Aku lihat anda seorang yang lemah sedangkan jabatan ini adalah amanah yang bisa menyebabkan kehinaan sesalan di akhirat kelak --jika tak dilaksanakan dengan baik”

Rasulullah Saw adalah kepala negara yang selalu menghormati perjanjian (‘ahdun/agreement). Sekalipun tampaknya perjanjian itu merugikan kaum muslimin, tetapi jika suatu perjanjian—yang dibolehkan oleh syara’—telah beliau tanda-tangani, maka beliau saw. konsisten dengan perjanjiannya. Oleh karena itu, tatkala Abu Jandal melarikan diri dari kota Makkah hijrah ke kota Madinah, padahal perjanjian Hudaibiyyah telah ditandatangani, maka beliau menyuruh Abu Jandal untuk kembali ke kota Makkah, tidak beliau terima berdiam di kota Madinah. Dengan sedih beliau saw. menyuruh kembali seorang muslim yang baru bebas dari kezhaliman orang-orang Quraisy.

Beliau Saw juga ahli dalam perdagangan. Setelah berhijrah ke Madinah beliau segera membangun masjid yang menjadi sentral bagi kegiatan kaum muslimin. Beliau saw. membuat perjanjian antara komunitas masyarakat kaum muslimin yang solid itu dengan komunitas lain yang ada di sekitarnya, yakni empat suku Yahudi yang memiliki sistem tersendiri.

Rasulullahpun kemudian mendirikan pasar bagi kaum muslimin di pintu masuk kota Madinah. Karena letaknya yang begitu strategis maka pasar itu segera ramai oleh kafilah-kafilah dagang dari berbagai negeri. Sampai kemudian kaum muslimin mampu menggusur peran ekonomi yang waktu itu di¬kendalikan orang-orang Yahudi.

Apa yang diungkapkan di sini mengenai kepribadian Rasulullah Saw hanyalah sebagian kecil dari lautan kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah Saw sebagai manusia terbaik. Tentu masih banyak lagi contoh-contoh karakter kepribadian Rasulullah Saw yang bisa kita ambil guna membangun kepribadian individu-individu umat yang tangguh. Baarakallahu lii walakum (MAK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar